Monday, December 10, 2012

Peninggalan Hindu-Budha


Borobudur merupakan salah satu peninggalan sejarah terindah dan terbaik di dunia yang tercatat dalam Daftar Peninggalan Sejarah Dunia. Candi Borobudur adalah bangunan agama Budha terbesar di dunia dan telah diakui sebagai peninggalan sejarah terbesar yang pernah dibuat oleh manusia dan hingga kini selalu dikunjungi oleh jutaan turis domestik maupun mancanegara. Borobudur mempunyai bentuk bangunan yang tiada ada duanya di dunia. Bentuk arsitektur tersebut terinspirasi dari filsafat micro cosmos yang akan menimbulkan berbagai pertanyaan seperti kapan, bagaimana caranya, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun dan oleh siapa.
Jawaban pasti akan hal tersebut masih merupakan misteri hingga saat ini karena tidak adanya satu dokumen pun yang bisa ditemukan. Berdasarkan tulisan singkat yang ada pada prasasti yang ditemukan, maka banyak ahli menyatakan bahwa Borobudur dibangun pada sekitar abad ke 8 ketika Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra memerintah kerajaannya di Jawa Tengah. Borobudur mempunyai arti yang samar-samar, tetapi sebenarnya kata tersebut merupakan sebuah gabungan kata “Bara” dan “Budur”. Bara berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti komplek candi atau biara, sementara Budur mengingatkan akan kata dari Bahasa Bali yang berarti di atas. Dengan demikian, Borobudur berarti biara yang terletak di atas bukit.
Borobudur adalah bangunan yang penuh dengan ornamen yang mengandung fosofi dimana ornamen-ornamen tersebut mempunyai symbol kesatuan dalam perbedaan yang dapat diikuti oleh semua orang untuk mencapai tujuan hidup yang paling mulia. Relief-relief yang terpahat pada tembok-tembok candi menceritakan akan ajaran hidup manusia yang sangat indah. Dengan kata lain, Borobudur adalah jiwa dari seni, budaya dan filsafat(yogyes.com)




Candi adalah istilah dalam Bahasa Indonesia yang merujuk kepada sebuah bangunan keagamaan tempat ibadah peninggalan purbakala yang berasal dari peradaban Hindu-Buddha. Bangunan ini digunakan sebagai tempat pemujaan dewa-dewi ataupun memuliakan Buddha. Akan tetapi, istilah 'candi' tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja, banyak situs-situs purbakala non-religius dari masa Hindu-Buddha Indonesia klasik, baik sebagai istana (kraton), pemandian (petirtaan), gapura, dan sebagainya, juga disebut dengan istilah candi.
Candi merupakan bangunan replika tempat tinggal para dewa yang sebenarnya, yaitu Gunung Mahameru. Karena itu, seni arsitekturnya dihias dengan berbagai macam ukiran dan pahatan berupa pola hias yang disesuaikan dengan alam Gunung Mahameru. Candi-candi dan pesan yang disampaikan lewat arsitektur, relief, serta arca-arcanya tak pernah lepas dari unsur spiritualitas, daya cipta, dan keterampilan para pembuatnya.
Beberapa candi seperti Candi Borobudur dan Prambanan dibangun amat megah, detil, kaya akan hiasan yang mewah, bercitarasa estetika yang luhur, dengan menggunakan teknologi arsitektur yang maju pada zamannya. Bangunan-bangunan ini hingga kini menjadi bukti betapa tingginya kebudayaan dan peradaban nenek moyang bangsa Indonesia.

Desa Bumi Ayu, Kecamatan Tanah Abang, kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Desa ini terletak kira-kira 300 KM dari kota Palembang. Bumi Ayu dikenal dengan situs candi-candi peninggalan Hindu dari aliran Siwaisme.
Sampai saat ini sudah diketemukan 11 buah candi yang tersebar di wilayah seluas 76 HA perkebunan karet, yang dikelilingi oleh anak sungai Musi. Dari penggalian para arkeolog, maka komplek candi Bumi Ayu ini merupakan candi-candi Hindu terbesar di luar Jawa, dan dari penemuan tersimpul bahwa candi-candi ini merupakan tiruan Candi Prambanan di Jawa Tengah, didirikan pada tahun 819 Saka atau 897 Masehi.
Usaha pelestarian ini telah dimulai pada tahun 1990 sampai sekarang, dengan didukung oleh dana APBN. Walaupun demikian peran serta Pemerintah Kabupaten Muara Enim cukup besar, antara lain Pembangunan Jalan, Pembebasan Tanah dan Pembangunan Gedung Museum Lapangan. Percandian Bumiayu meliputi lahan seluas 75,56 Ha, dengan batas terluar berupa 7 (tujuh) buah sungai parit yang sebagian sudah mengalami pendangkalan.
Candi Bumi Ayu pada saat ini masih dalam proses pengkajian dan pemugaran, sehingga belum banyak informasi yang dapat diketahui, sedangkan informasi tertulis dari Candi tersebut masih dalam proses dipahami oleh Tim Pengkajian Peninggalan Purbakala Propinsi Sumatera Selatan.
Pada situs Candi, terdapat beragam arca seperti Siwa Mahaguru, Nandi, Agastya dan Narawahana. Juga terdapat peti peripih dan komponen-komponen hiasan candi yang kental dengan simbol Hindu.
Simbol Hindu pada bangunan candi terlihat pada komponen bangunan atapnya yang dinamai ratna.
Pada beberapa arca seperti Siwa Mahadewa, Nandi dan Agastya, simbol Hindu diperlihatkan hiasan yang dinamakan buah keber.

Gambar 1.24 Relief cerita Sudamala pada Candi Sukuh di Jawa Timur, tampak bentuknya yang pipih seperti sosok wayang kulit







Berdasarkan pada bukti peninggalan bersejarah yang telah ditemukan, dapat diketahui bahwa peradaban tertua di Indonesia adalah peradaban bercorak Hindu dan Budha (*simak tulisan saya mengenai Strata masyarakat Jawa Pre-Hinduism). Kedua corak peradaban ini pada awalnya berasal dari wilayah India dan dibawa masuk ke wilayah Indonesia sekitar abad 3 Masehi, melalui perantara para pedagang (merchant). Selanjutnya peradaban ini mengalami akulturasi dan penyatuan yang sangat baik dengan kebudayaan pribumi. Tingkat penerimaan yang baik dari masyarakat dan ditunjang dengan keberlanjutan kegiatan dagang yang telah berlangsung lama, menyebabkan pengaruh kedua kebudayaan ini berkembang sangat pesat di wilayah Indonesia terutama di pulau Jawa.
Pada tahun-tahun awal perkembangannya (abad 7 Masehi), terdapat 2 kerajaan bercorak Hindu dan Budha yang memiliki pengaruh besar di Pulau Jawa yakni Kerajaan SYAILENDRAyang bercorak Budha dan Kerajaan SANJAYA yang bercorak Hindu. Kedua kerajaan ini sama-sama memiliki pusat pemerintahan di wilayah Jawa bagian tengah. Demi memudahkan dalam kajian arkeologi dan kepurbakalaan, kedua kerajaan ini kemudian diberi nama Kerajaan Mataram Kuno (Ancient Mataram).

0 comments:

Post a Comment