GERAKAN HINDU MODERN (MODERN HINDU MOVEMENT) (1.800 M – 1.947 M)
A. Gerakan 1800M - 1905
Kedatangan orang-orang Inggris yang menaklukkan India dan sejak itu, sekitar tahun 1.754 M – 1.850 M, mengawali zaman penjajahan Inggris di India dari kota Delhi. Inggris menjajah India sampai tahun 1947 (Macmillan (ed), 2001:806). Melalui penjajahan ini, mereka juga membawa dan menyebarkan agama Kristen di India melalui misionaris-misionaris. Di samping itu, mereka juga menyebarkan kebudayaan Barat. Kedatangan misionaris dalam jumlah besar terjadi pada tahun 1813 masehi. Para misionaris ini mendiskreditkan agama Hindu dan berusaha mengkonversi orang-orang Hindu untuk masuk Kristen. Mereka mendirikan sekolah- sekolah, rumah sakit, dan pusat-pusat pelayanan umum lainnya dengan bantuan pemerintah Inggris. Upaya ini berhasil menarik simpati orang Hindu, terutama dari kasta Pariah (lower caste) untuk berpindah agama. Ini menjadi tantangan yang sangat berat bagi agama dan kebudayaan Hindu (Grover, 1998:365-366; Luniya, 2002:433; Sharma, 2002:195 dan 237).
Untuk melawan propaganda Kristen tersebut maka para cendikiawan Hindu yang telah menyelesaikan studinya di luar negeri mulai melakukan reformasi ajaran agama Hindu. Peristiwa ini terjadi antara tahun 1850 M hingga 1950 M. Golongan cendikiawan dan sarjana-sarjana Hindu ini terutama belajar ke Inggris dan Negara-negara Eropa lainnya. Mereka ingin memberikan pengertian yang benar dan sejati mengenai agama Hindu dengan jalan menafsirkan agama Hindu secara modern. Penafsiran itu berdasarkan atas logika dan rasionalitas; mengajarkan prinsip-prinsip dan dasar-dasar agama Hindu yang praktis dan modern (modernized Hindu religion); sekaligus membangun kehidupan social sesuai dengan zaman modern (Macmillan (ed), 2001:868; Sharma, 2002:272-273).
Gerakan golongan rasional ini muncul secara serentak, terutama di India Timur yang berpusat di Kalkuta. Ini merupakan gerakan yang radikal dengan merombak agama Hindu sedemikian rupa. Mereka juga memasukan ajaran-ajaran yang baik dari agama Kristen, Islam, Buddha, Zoroaster, dan lain-lain menjadi ajaran agama Hindu (Upanisadic thought), sehingga agama Hindu menjadi lebih modern dan maju (Mahajan, 1990:641-643; Rajeev, 1990:36). Kaum rasional ini mengajarkan nilai-nilai universal dari Hindu; mengajarkan Hindu sebagai “way of life” (jalan hidup); menolak dogma-dogma agama dan takhayul; pemikiran yang bebas dan toleran, serta mengedepankan logika dan rasio (jnana kanda).
Periodisasi zaman Gerakan Hindu Modern (Neo Hinduism) (Narang, 1969:87) di India pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yatu gerakan yang muncul sebelum India mereka (pre Indian Independence) dan gerakan muncul setelah India merdeka (Post Indian Independence). Namun demikian, berdasarkan pokok-pokok ajarannya gerakan ini dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu golongan reformis (pembaharuan Hindu) dan golongan revivalis (kebabgkitan kembali Hindu) (Grover, 1998:382). Pemimpin gerakan reformasi yang terkenal adalah Raja Ram Mohan Roy, Mahatma Gandhi, Dewemdranath Tagore, dan lain-lain. Pemimpin-pemimpin gerakan revivalis adalah Swami Dayananda Saraswai, Ramakrishna Paramahamsa, Swami Wiwekananda, dan lain-lain (Grover, 1998:366; Luniya, 2002:434).
Gerakan Hindu modern dipelopori untuk pertama kali di India oleh Raja Ram Mohan Roy (1.772 M – 1.833 M). Ia mendirikan gerakan bernama Brahmo Samaj (1.828 M). Gerakan yang didirikannya merupakan gerakan perintis dalam pelaksanaan reformasi agama Hindu (Religious reform) (Mahajan, 1994:648; Macmillan (ed), 2001:83; Sharma, 2002:274). Gerakan ini berpandangan bahwa agama Hindu harus direformasi apabila ingin menghadapi penyerangan agresif dari agama-agama lain. Brahmo Samaj juga mengajarkan bahwa Hinduisme adalah “” a way of life” (jalan Hidup), bukan agama dalam pengertian yang sebenarnya. Agama bukanlah suatu sitem yang semata-mata bersifat dogmatis. Brahmo Samaj mendasarkan gerakannya dengan tidak menerima upacara adat agama Hindu. Ajaran ini juga menolak semua pelaksanaan agama Hindu yang tidak logis, tahayul, magis dan lainnya (Sharma, 2002:274) adat istiadat yang kaku yang tidak masuk akal dikalangan umat pendeta yang tidak masuk akal (Narang, 1969:88-89). Mengenai tradisi kuno dan adat istiadat. Brahmo Samaj berpendapat bahwa “menerima dan menjalankan begitu saja adat istiadat dan tradisi kuno merupakan suatu kesalahan besar”. Tradisi itu harus diterima dan dijalankan hanya berdasarkan nilai-nilai social dan spiritual. Demikian pula tradisi kepercayaan agama Hindu harus diuji dan dilaksanakan berdasarkan rasionalisme. Selain itu Brahmo Samaj berpendapat juga mendasarkan ajaran-ajarannya merupakan sistesis dari ajaran-ajaran Wedanta (Upanisad) dengan ajaran islam, Kristen dan pemikiran liberal dari orang-orang eropa modern, serta menentang pemujaan patung (Rajeev, 1990:36; Macmillan (ed) 2001; 868: mahajan, 2001; 512)
Gerakan Brahmo Samaj ini diikuti oleh Dewendranath Tagore (1.817 M-1.905 M) Ia mendirikan aliran (sect) Bharatiya Brahmo Samaj. Ajaran yang dianut aliran ini bersumber dari Wedanta yang bebas dari pemujaan patung. Aliran ini juga, tidak percaya dengan kemanjuran atau mukjizat dari upakara dan Upakara Yadnya. Kemudian, Keshabehand Sen juga mendirikan aliran Sadharana Brahmo Samaj of India. Ajaran aliran ini bersumber pada ajaran Wedanta dan agama Kristen (Mahajan, 2001:871; Sharma, 2002:274) dalam ceramah tersebut disebutkan beberapa hal, antara lain:
a. alam semesta adalah Katedral;
b. pemujaan kepada Tuhan tertinggi;
c. kitab sucinya adalah Weda, Al-quran, Injil, Tripitaka, dan semua kitab suci agama-agama lainnya;
d. Moksa dicapai dengan sembahyang dan berdoa;
e. pembingbing spiritual yang harus diteladani adalah semua orang suci;
f Tuhan yang patut disembah adalah yang mencintai dan memenuhi keinginan manusia;
g. mengaku dirinya sebagai Awatara; dan h. menyuruhpengikutnya untuk menyembah dirinya sebagai Awatara (Rajeev, 1990, Grover, 1994)
Kedatangan orang-orang Inggris yang menaklukkan India dan sejak itu, sekitar tahun 1.754 M – 1.850 M, mengawali zaman penjajahan Inggris di India dari kota Delhi. Inggris menjajah India sampai tahun 1947 (Macmillan (ed), 2001:806). Melalui penjajahan ini, mereka juga membawa dan menyebarkan agama Kristen di India melalui misionaris-misionaris. Di samping itu, mereka juga menyebarkan kebudayaan Barat. Kedatangan misionaris dalam jumlah besar terjadi pada tahun 1813 masehi. Para misionaris ini mendiskreditkan agama Hindu dan berusaha mengkonversi orang-orang Hindu untuk masuk Kristen. Mereka mendirikan sekolah- sekolah, rumah sakit, dan pusat-pusat pelayanan umum lainnya dengan bantuan pemerintah Inggris. Upaya ini berhasil menarik simpati orang Hindu, terutama dari kasta Pariah (lower caste) untuk berpindah agama. Ini menjadi tantangan yang sangat berat bagi agama dan kebudayaan Hindu (Grover, 1998:365-366; Luniya, 2002:433; Sharma, 2002:195 dan 237).
Untuk melawan propaganda Kristen tersebut maka para cendikiawan Hindu yang telah menyelesaikan studinya di luar negeri mulai melakukan reformasi ajaran agama Hindu. Peristiwa ini terjadi antara tahun 1850 M hingga 1950 M. Golongan cendikiawan dan sarjana-sarjana Hindu ini terutama belajar ke Inggris dan Negara-negara Eropa lainnya. Mereka ingin memberikan pengertian yang benar dan sejati mengenai agama Hindu dengan jalan menafsirkan agama Hindu secara modern. Penafsiran itu berdasarkan atas logika dan rasionalitas; mengajarkan prinsip-prinsip dan dasar-dasar agama Hindu yang praktis dan modern (modernized Hindu religion); sekaligus membangun kehidupan social sesuai dengan zaman modern (Macmillan (ed), 2001:868; Sharma, 2002:272-273).
Gerakan golongan rasional ini muncul secara serentak, terutama di India Timur yang berpusat di Kalkuta. Ini merupakan gerakan yang radikal dengan merombak agama Hindu sedemikian rupa. Mereka juga memasukan ajaran-ajaran yang baik dari agama Kristen, Islam, Buddha, Zoroaster, dan lain-lain menjadi ajaran agama Hindu (Upanisadic thought), sehingga agama Hindu menjadi lebih modern dan maju (Mahajan, 1990:641-643; Rajeev, 1990:36). Kaum rasional ini mengajarkan nilai-nilai universal dari Hindu; mengajarkan Hindu sebagai “way of life” (jalan hidup); menolak dogma-dogma agama dan takhayul; pemikiran yang bebas dan toleran, serta mengedepankan logika dan rasio (jnana kanda).
Periodisasi zaman Gerakan Hindu Modern (Neo Hinduism) (Narang, 1969:87) di India pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yatu gerakan yang muncul sebelum India mereka (pre Indian Independence) dan gerakan muncul setelah India merdeka (Post Indian Independence). Namun demikian, berdasarkan pokok-pokok ajarannya gerakan ini dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu golongan reformis (pembaharuan Hindu) dan golongan revivalis (kebabgkitan kembali Hindu) (Grover, 1998:382). Pemimpin gerakan reformasi yang terkenal adalah Raja Ram Mohan Roy, Mahatma Gandhi, Dewemdranath Tagore, dan lain-lain. Pemimpin-pemimpin gerakan revivalis adalah Swami Dayananda Saraswai, Ramakrishna Paramahamsa, Swami Wiwekananda, dan lain-lain (Grover, 1998:366; Luniya, 2002:434).
Gerakan Hindu modern dipelopori untuk pertama kali di India oleh Raja Ram Mohan Roy (1.772 M – 1.833 M). Ia mendirikan gerakan bernama Brahmo Samaj (1.828 M). Gerakan yang didirikannya merupakan gerakan perintis dalam pelaksanaan reformasi agama Hindu (Religious reform) (Mahajan, 1994:648; Macmillan (ed), 2001:83; Sharma, 2002:274). Gerakan ini berpandangan bahwa agama Hindu harus direformasi apabila ingin menghadapi penyerangan agresif dari agama-agama lain. Brahmo Samaj juga mengajarkan bahwa Hinduisme adalah “” a way of life” (jalan Hidup), bukan agama dalam pengertian yang sebenarnya. Agama bukanlah suatu sitem yang semata-mata bersifat dogmatis. Brahmo Samaj mendasarkan gerakannya dengan tidak menerima upacara adat agama Hindu. Ajaran ini juga menolak semua pelaksanaan agama Hindu yang tidak logis, tahayul, magis dan lainnya (Sharma, 2002:274) adat istiadat yang kaku yang tidak masuk akal dikalangan umat pendeta yang tidak masuk akal (Narang, 1969:88-89). Mengenai tradisi kuno dan adat istiadat. Brahmo Samaj berpendapat bahwa “menerima dan menjalankan begitu saja adat istiadat dan tradisi kuno merupakan suatu kesalahan besar”. Tradisi itu harus diterima dan dijalankan hanya berdasarkan nilai-nilai social dan spiritual. Demikian pula tradisi kepercayaan agama Hindu harus diuji dan dilaksanakan berdasarkan rasionalisme. Selain itu Brahmo Samaj berpendapat juga mendasarkan ajaran-ajarannya merupakan sistesis dari ajaran-ajaran Wedanta (Upanisad) dengan ajaran islam, Kristen dan pemikiran liberal dari orang-orang eropa modern, serta menentang pemujaan patung (Rajeev, 1990:36; Macmillan (ed) 2001; 868: mahajan, 2001; 512)
Gerakan Brahmo Samaj ini diikuti oleh Dewendranath Tagore (1.817 M-1.905 M) Ia mendirikan aliran (sect) Bharatiya Brahmo Samaj. Ajaran yang dianut aliran ini bersumber dari Wedanta yang bebas dari pemujaan patung. Aliran ini juga, tidak percaya dengan kemanjuran atau mukjizat dari upakara dan Upakara Yadnya. Kemudian, Keshabehand Sen juga mendirikan aliran Sadharana Brahmo Samaj of India. Ajaran aliran ini bersumber pada ajaran Wedanta dan agama Kristen (Mahajan, 2001:871; Sharma, 2002:274) dalam ceramah tersebut disebutkan beberapa hal, antara lain:
a. alam semesta adalah Katedral;
b. pemujaan kepada Tuhan tertinggi;
c. kitab sucinya adalah Weda, Al-quran, Injil, Tripitaka, dan semua kitab suci agama-agama lainnya;
d. Moksa dicapai dengan sembahyang dan berdoa;
e. pembingbing spiritual yang harus diteladani adalah semua orang suci;
f Tuhan yang patut disembah adalah yang mencintai dan memenuhi keinginan manusia;
g. mengaku dirinya sebagai Awatara; dan h. menyuruhpengikutnya untuk menyembah dirinya sebagai Awatara (Rajeev, 1990, Grover, 1994)
GERAKAN HINDU MODERN (MODERN HINDU MOVEMENT) (1.800 M – 1.947 M)
B. Gerakan 1905 M – 1947 M
Pemimpin lain yang terkenal dari golongan revivalis adalah Ramakrishna Paramahamsha (1.836 – 1.866 M). Nama kecilnya adalah Gadahar Chattopadyay.Dia berasal dari keluarga Brahmana di desa kamarmukur, Benggal. Pada usia 20 tahun menjadi Pujari (Sejenis Pemangku) di sebuah kuil. Ramakrishna adalah seorang revivalis yang lahir dalam kalangan tradisi, bukan dari pendidikan modern. Namun, dia mengakui bahwa dalam meditasinya telah berhasil merealisasikan berbagai wujud Tuhan seperti, Krishna, Rama, Yesus, dan lain-lain (Sharma, 2002:284). Ajarannya merupakan campuran dari ajaran Tantrayana, Waishnawa, dan mencampur ajarannya dengan ajaran Buddha, Islam, Kristen, dan agama lainnya (Rajeev, 1990:39). Ia mengajarkan Perealisasian Tuhan melalui ajaran agma masing-masing. Dari sinilah muncul ajaran Sarwa dharma (unity of all religion). Artinya, semua agama sama, hanya jalannya yang berbeda-beda, dengan nama apapun Tuhan dipanggil maka ia akan datang. Dia juga mengajarkan pelayanan kemanusiaan bahwa melayani sesama manusia sama dengan melayani Tuhan (manawa sewa madhawa sewa) (Rajeev, 1990:28-29); Macmillan (ed), 2001:874-875; Sharma, 2002:284).
Penerus dari Ramakrishna Paramahamsa adalah Swami Vivekananda. Lahir dari keluarga Ksatrya dengan nama kecil Narendra. Kehidupannya terbilang cukup singkat karena dia meninggal di usia 39 tahun (1.863 M – 1.902 M). Swami Vivekananda adalah pendiri Wedanta Samaj dan Ramakrishna Mission (1.897 M). Vivekananda mendapatkan pendidikan berbahasa Inggris dan mempelajari berbagai macam aliran filsafat, baik baratmaupun timur. Kecerdasan dan keberanian telah mengantarnya ke konferensi agama-agama (All Word Religious Conference) di Chicago dan berpidato di sana, pada tahun 1.893 M. Pidato ini menjadi rujukan untuk memahami ide-ide Swami Vivekananda tentang agama (Macmillan (ed), 2001:874).
Swami Vivekananda mengajarkan ajaran Neo Hinduisme untuk meninggalkan semua takhayul. Ajaran agama yang harus diikuti adalah ajaran yang rasional (Vedantic Doctrine). Bagi Vivekananda, kepercayaan kepada dogma-dogma agama adalah yang nomor dua, karena pelayanan dan pengabdian kepada sesama lebih utama dari itu (Rajeev, 1990:39; Grover, 1998:389; Sharma, 2002:285). Dia adalah pengikut fanatik ajaran Karma Marga. Menurutnya, setiap orang akan menjadi suci apabila orang mempersembahkan dirinya sendiri kepada Tuhan berdasarkan cinta kasih dan melayani sesamanya dengan penuh kasih sayang. Spiritualitas lebih penting dari upacara agama. Seperti juga gurunya, Vivekenanda meyakini bahwa semua agama (Sarwa Dharma atau The Truth of All Religions) mengajarkan jalan untuk bersatu dengan Tuhan. Untuk mencapai tujuan tertinggi orang tidak perlu beralih agama (Rajeev, 1990:31-32; Macmillan (ed), 2001:875).
Bersamaan dengan berlangsungnya gerakan Hindu Modern di India, rupanya juga terjadi gerakan kebangkitan agama Buddha (Narang, 1969:98). Seperti diketahui bahwa pada sekitar abad ke-14 Masehi, agama Buddha hampir sama sekali lenyap di India. Dr. B. R. Ambedkar (1.891 – 1.956 M), seorang sarjana hukum dari kasta Pariah (di luar catur warna) adalah pelopor pendiri gerakan Neo-Buddhisme di India. Gerakan B.R. Ambedkar ini dimulai dari Maharasta (Grover, 1998:402). Dari sini Ambedkar menyebarkan ajaran- ajaran barunya yang disebut Agama Buddha Baru atau Neo-Buddhisme ke seluruh India. Pada tahon lima piluhan, ia sudah mendapat pengikut lebih dari tiga puluh juta, terutama dari golongan Pariah atau orang-orang yang tidak boleh disentuh (untouchability). Ajaran-ajaran Neo-Buddhisme ini mengambil ajaran-ajarn dari agama Buddha Hinayana (Rajeev, 1990-66; Grover, 1998:402).
Penerus dari Ramakrishna Paramahamsa adalah Swami Vivekananda. Lahir dari keluarga Ksatrya dengan nama kecil Narendra. Kehidupannya terbilang cukup singkat karena dia meninggal di usia 39 tahun (1.863 M – 1.902 M). Swami Vivekananda adalah pendiri Wedanta Samaj dan Ramakrishna Mission (1.897 M). Vivekananda mendapatkan pendidikan berbahasa Inggris dan mempelajari berbagai macam aliran filsafat, baik baratmaupun timur. Kecerdasan dan keberanian telah mengantarnya ke konferensi agama-agama (All Word Religious Conference) di Chicago dan berpidato di sana, pada tahun 1.893 M. Pidato ini menjadi rujukan untuk memahami ide-ide Swami Vivekananda tentang agama (Macmillan (ed), 2001:874).
Swami Vivekananda mengajarkan ajaran Neo Hinduisme untuk meninggalkan semua takhayul. Ajaran agama yang harus diikuti adalah ajaran yang rasional (Vedantic Doctrine). Bagi Vivekananda, kepercayaan kepada dogma-dogma agama adalah yang nomor dua, karena pelayanan dan pengabdian kepada sesama lebih utama dari itu (Rajeev, 1990:39; Grover, 1998:389; Sharma, 2002:285). Dia adalah pengikut fanatik ajaran Karma Marga. Menurutnya, setiap orang akan menjadi suci apabila orang mempersembahkan dirinya sendiri kepada Tuhan berdasarkan cinta kasih dan melayani sesamanya dengan penuh kasih sayang. Spiritualitas lebih penting dari upacara agama. Seperti juga gurunya, Vivekenanda meyakini bahwa semua agama (Sarwa Dharma atau The Truth of All Religions) mengajarkan jalan untuk bersatu dengan Tuhan. Untuk mencapai tujuan tertinggi orang tidak perlu beralih agama (Rajeev, 1990:31-32; Macmillan (ed), 2001:875).
Bersamaan dengan berlangsungnya gerakan Hindu Modern di India, rupanya juga terjadi gerakan kebangkitan agama Buddha (Narang, 1969:98). Seperti diketahui bahwa pada sekitar abad ke-14 Masehi, agama Buddha hampir sama sekali lenyap di India. Dr. B. R. Ambedkar (1.891 – 1.956 M), seorang sarjana hukum dari kasta Pariah (di luar catur warna) adalah pelopor pendiri gerakan Neo-Buddhisme di India. Gerakan B.R. Ambedkar ini dimulai dari Maharasta (Grover, 1998:402). Dari sini Ambedkar menyebarkan ajaran- ajaran barunya yang disebut Agama Buddha Baru atau Neo-Buddhisme ke seluruh India. Pada tahon lima piluhan, ia sudah mendapat pengikut lebih dari tiga puluh juta, terutama dari golongan Pariah atau orang-orang yang tidak boleh disentuh (untouchability). Ajaran-ajaran Neo-Buddhisme ini mengambil ajaran-ajarn dari agama Buddha Hinayana (Rajeev, 1990-66; Grover, 1998:402).
Meskipun gerakan reformasi ini tampak berkembang pada zaman ini, tetapi sesungguhnya juga muncul penentangan dari kelompok Brahmanisme ortodoks. Salah satunya adalah gerakan Hindu Ortodoks yang dipimpin oleh Raja Radakant Deb yang disebut Gerakan Dharma Sabha (Dharma Sabha Movement) pada tahun 1.850 Masehi. Gerakan ini murni dilakukan untuk menentang ajaran agama Hindu dari kelompok reformis dan revivalis (Grover, 1998:384). Berikutnya juga, muncul gerakan Hindu Ortodoks lainnya. Gerakan ini selain menentang ajaran kelompok reformis dan revivalis, juga aktif dalam gerakan politik menentang penjajahan Inggris menjelang India merdeka.
Menurut Prof. Dr. Rao bahwa beberapa dari gerakan reformis (Reform Movement) seperti tersebut di atas, ada yang masih eksis dan berfungsi setelah India merdeka. Akan tetapi, kekuatan, kegiatan, dan tenaganya sudah mulai berkurang, tidak sepeti dahulu ketika dirintis. Kelihatannya semua gerakan itu luluh dalam arus umum dan menjadi kabur stelah diadakan Emergency oleh Partai Kongres yang dipimpin Indiara Gandhi. Setelah iti, mulailah gerakan Hindu Modern mencari daerah-daerah baru di luar
India dan di sana orang-orang asing memberikan sokongan yang kuat, baik moral maupun material.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Gerakan Hindu Modern (Neo Hinduisme) muncul untuk melawan Kristenisasi di India dan pengaruh budaya Barat lainnya. Gerakan ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gerakan dari golongan reformis dan golongan revivalis (Grover, 1998:381). Terdapat banyak kesurupan dari ajaran kedua golongan ini, tetapi ada ciri penting yang berbeda. Adapun ciri-ciri penting dari gerakan ini (Grover, 1998:382-383) adalah sebagai berikut.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Gerakan Hindu Modern (Neo Hinduisme) muncul untuk melawan Kristenisasi di India dan pengaruh budaya Barat lainnya. Gerakan ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gerakan dari golongan reformis dan golongan revivalis (Grover, 1998:381). Terdapat banyak kesurupan dari ajaran kedua golongan ini, tetapi ada ciri penting yang berbeda. Adapun ciri-ciri penting dari gerakan ini (Grover, 1998:382-383) adalah sebagai berikut.
- Ciri penting ajaran golongan reformasi:
- Penafsiran terhadap kitab suci Weda secara rasional.
- Hindu sebagai way of life.
- Menolak adat istiadat, dogma, dan takhyul (superstitious beliefe an practics).
- Hindu bersifat toleran dan bebas di interpretasi.
- Penafsiran berdasarkan atas logika atau rasio.
- Menolak Upacara dan Upakara.
- Menolak ajaran thirta yatra.
- Menolak ajaran agama yang tidak logis.
- Menolak ajaran pendeta yang tidak logis.
- Mencampuradukkan ajaran agama-agama (Grover, 1998:384).
- Mengajarkan prinsip-prinsip agama universal (Mahajan, 2001:511; Luniya, 2002:436-437).
2. Ciri penting ajaran golongan revivalis:
|
Setelah India merdeka (Post Indian Independence) pada 15 Agustus 1947, gerakan kebangkitan kembali agama Hindu (The Revival of Hinduism) mendapatkan spirit baru. Pada zaman ini muncul gerakan-gerakan teosofis yang luar biasa. Secara etimologis, ‘teosofis” berarti pemahaman tentang misteri-misteri ketuhanan yang diperoleh melalui pemikiran rasional, folosofis, dan mistis. Gerakan teosofi ini ditandai dengan bermunculannya orang-orang suci, swami, baba, dan lain-lain. Mereka mendirikan suatu organisasi, menyebarkan agama Hindu moden dalam wujud baru yang lebih segar dan berpandangan jauh ke depan. Sungguh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh penganut agama Hindu orthodoks (Smartha). Mereka membuat berbagai ashram untuk menyebarkan ajaran dan idenya masing-masing. Mereka mengajarkan agama Hindu berdasarkan tafsiran mereka sendiri. Kemudian mengolahnya dengan pandangan dan pola berpikir Barat, juga menurut pandangan Islam dan Kristen (Narang, 1969:98; Mahajan, 2001:650).
Agama Hindu umumnya tidak memiliki pusat agama (central religius authority). Walaupun telah ada pusat kekuasaan mazhab Shiwa yang didirikan oleh Sangkaracharya, namun keberadaannya ditentang dan tidak diakui oleh mazhab Waishnawa atau mazhab lainnya. Dengan munculnya gerakan Hindu Modern ini, gerakan teosofis seperti mendapatkan angina segar untuk mengembangkan organisasinya. Mereka mulai mendirikan organisasi dan ashram-ashram sebagai pusat studi dan perkembangannya. Organisasi ini menyebarluaskan ajarannya dengan cara-cara modern. Pemikiran agama yang muncul dari ashram-ashram ini adalah kepercayaan dan kebenaran yang ditafsirkan sendiri oleh pendirinya (guru, swami, baba, dan sebagainya). Ajarannya kemudian disebarkan ke seluruh dunia (Klostermaier, 1998:146). Selain itu juga, berdiri Wishwa Hindu Parishad pada tahun 1.964 M. organisasi ini didirikan oleh Rastriya Svayamseva Sangh (RSS) dengan tujuan untuk menghadapi pengaruh agama lain, dan tantangan dari perkembangan sains dan teknologi Barat.
Ajaran-ajaran agama yang muncul setelah India merdeka pada umumnya hanya memakai satu atau beberapa kitab suci saja. Ada yang menggunakan Catur Weda saja ada, ada yang menekankan pada kitab Upanishad dan Wedanta, ada pula yang mendasarkan ajarannya hanya pada kitab Purana dan Itihasa. Hal ini menyebabkan munculnya berpuluh-puluh orang suci, swami, baba, dan lain-lain yang menyatakan bahwa ajaran mereka adalah yang paling benar, sedangkan ajaran yang lain salah (Radakhrisnan, 1984:156). Organisasi keagamaan Hindu yang muncul pada zaman ini, antara lain: Sai Baba, Ananda Marga, Brahma Kumari, Babaji, Radhaswami Satsang, Mataji Shri Nirmala Devi, Shri Shri Ravi Shankar, Swami Dhananjoy Das Kathia Babaji, Mata Amritanandanayi Devi, Sadguru jaggi Vasudev, Bhagawan Rajneesh, Swami Chinmananda, dengan Chinmayananda mission, Babaji Haidakhana, dan lain-lain. Jumlah ashram yang muncul pada zaman itu ratusan jumlahnya dan tersebar ke seluruh dunia. Demikian juga dengan masyarakat kesadaran Kishna didirikan oleh A.C Bhaktiwedanta di New York, Amerika Serikat. Organisasi ini kemudian menyebarkan ke seluruh dunia (Klostermaier, 1998:156).
Agama Hindu umumnya tidak memiliki pusat agama (central religius authority). Walaupun telah ada pusat kekuasaan mazhab Shiwa yang didirikan oleh Sangkaracharya, namun keberadaannya ditentang dan tidak diakui oleh mazhab Waishnawa atau mazhab lainnya. Dengan munculnya gerakan Hindu Modern ini, gerakan teosofis seperti mendapatkan angina segar untuk mengembangkan organisasinya. Mereka mulai mendirikan organisasi dan ashram-ashram sebagai pusat studi dan perkembangannya. Organisasi ini menyebarluaskan ajarannya dengan cara-cara modern. Pemikiran agama yang muncul dari ashram-ashram ini adalah kepercayaan dan kebenaran yang ditafsirkan sendiri oleh pendirinya (guru, swami, baba, dan sebagainya). Ajarannya kemudian disebarkan ke seluruh dunia (Klostermaier, 1998:146). Selain itu juga, berdiri Wishwa Hindu Parishad pada tahun 1.964 M. organisasi ini didirikan oleh Rastriya Svayamseva Sangh (RSS) dengan tujuan untuk menghadapi pengaruh agama lain, dan tantangan dari perkembangan sains dan teknologi Barat.
Ajaran-ajaran agama yang muncul setelah India merdeka pada umumnya hanya memakai satu atau beberapa kitab suci saja. Ada yang menggunakan Catur Weda saja ada, ada yang menekankan pada kitab Upanishad dan Wedanta, ada pula yang mendasarkan ajarannya hanya pada kitab Purana dan Itihasa. Hal ini menyebabkan munculnya berpuluh-puluh orang suci, swami, baba, dan lain-lain yang menyatakan bahwa ajaran mereka adalah yang paling benar, sedangkan ajaran yang lain salah (Radakhrisnan, 1984:156). Organisasi keagamaan Hindu yang muncul pada zaman ini, antara lain: Sai Baba, Ananda Marga, Brahma Kumari, Babaji, Radhaswami Satsang, Mataji Shri Nirmala Devi, Shri Shri Ravi Shankar, Swami Dhananjoy Das Kathia Babaji, Mata Amritanandanayi Devi, Sadguru jaggi Vasudev, Bhagawan Rajneesh, Swami Chinmananda, dengan Chinmayananda mission, Babaji Haidakhana, dan lain-lain. Jumlah ashram yang muncul pada zaman itu ratusan jumlahnya dan tersebar ke seluruh dunia. Demikian juga dengan masyarakat kesadaran Kishna didirikan oleh A.C Bhaktiwedanta di New York, Amerika Serikat. Organisasi ini kemudian menyebarkan ke seluruh dunia (Klostermaier, 1998:156).
0 comments:
Post a Comment