1. Pendahuluan
Gandhi
adalah salah seorang yang paling penting yang terlibat dalam Gerakan Kemerdekaan India. Dia adalah aktivis yang tidak menggunakan kekerasan,
yang mengusung gerakan kemerdekaan melalui aksi demonstrasi damai.
Maka setidaknya itulah yang melatarbelakangi penulisan
makalah ini meskipun didalamnya hanya menyinggung kecil sebagian biografi dan
pemikiran seorang Mahatma Gandhi sebagai aktivis di India.
2.
Biografi
Gandhi
lahir pada 2 Oktober 1869 di
negara bagian Gujarat di
India[1].
Beberapa dari anggota keluarganya bekerja pada pihak pemerintah. Saat remaja, Gandhi pindah ke Inggris untuk
mempelajari hukum.
Setelah dia menjadi pengacara,
dia pergi ke Afrika Selatan,
sebuah koloni Inggris, di mana dia mengalami diskriminasi ras yang dinamakan apartheid.
Dia kemudian memutuskan untuk menjadi seorang aktivis politik
agar dapat mengubah hukum-hukum yang diskriminatif tersebut. Gandhi adalah, pertama-tama dan paling utama, seorang
yang religius dalam pencarian akan Tuhan. Selama lebih dari 50 tahun, ia
mengejar kebenaran, menyatakan bahwa cara terbaik untuk menemukan kebenaran
adalah melalui praktek yang aktif dari nonkekerasan yang belandaskan iman[2].
Ketika
kembali ke India, dia membantu dalam
proses kemerdekaan India dari jajahan Inggris; hal ini memberikan inspirasi
bagi rakyat di koloni-koloni lainnya agar berjuang mendapatkan kemerdekaannya
dan memecah Kemaharajaan Britania untuk kemudian membentuk Persemakmuran.
Rakyat
dari agama dan suku yang berbeda yang hidup di India kala
itu yakin bahwa India perlu dipecah menjadi beberapa negara agar kelompok yang
berbeda dapat mempunyai negara mereka sendiri. Banyak yang ingin agar para
pemeluk agama Hindu danIslam mempunyai negara sendiri. Gandhi
adalah seorang Hindu namun dia menyukai pemikiran-pemikiran
dari agama-agama lain termasuk Islam dan Kristen.
Dia percaya bahwa manusia dari segala agama harus mempunyai hak yang sama dan
hidup bersama secara damai di dalam satu negara.
Pada 1947, India menjadi
merdeka dan pecah menjadi dua negara, India dan Pakistan.
Hal ini tidak disetujui Gandhi.
Prinsip Gandhi, satyagraha,
sering diterjemahkan sebagai "jalan yang benar" atau "jalan
menuju kebenaran", telah menginspirasi berbagai generasi aktivis-aktivis
demokrasi dan anti-rasisme seperti Martin Luther King, Jr. dan Nelson
Mandela. Gandhi sering mengatakan kalau nilai-nilai ajarannya sangat
sederhana, yang berdasarkan kepercayaan Hindu tradisional: kebenaran (satya),
dan non-kekerasan (ahimsa)[3].
Pada 30 Januari 1948, Gandhi dibunuh
seorang lelaki Hindu yang marah kepada Gandhi karena ia terlalu memihak kepada Muslim.
3.
Pemikiran Mahatma Gandhi
Pemikiran
Mahatma Gandhi banyak
dipengaruhi oleh lingkungan masa kecilnya yakniorang tuanya, desanya dan masyarakat
sekitar. Lebih-lebih suasana
religius Hinduisme yang menjiwai
setiap orang India. Selama perjuanganya
di Afrika Selatan, Gandhi mengembangkan lebih dalam keyakinan spiritualnya.
Pemikiran Mahatma Gandhi Sebenarnya tidak begitu kompleks; justru sebaliknya,
Gandhi dengan tegas memilih kesederhanaan, tidak hanya dalam menjelaskan
ajarannya tetapi juga dalam praktek hidup. Hal itu nampak pada konsepnya
tentang Tuhan, alam dan kehidupan dunia.
Konsep pemikiran
Gandhi bersumber pada tradisi pemikiran India pada umumnya dan Hindu pada
khususnya. Tradisi pemikiran India antara lain mempunyai kecenderungan yang
bersifat spiritual,
menempatkan intuisi sebagai sarana untuk memperoleh
kebenaran; bersifat monistis;
selalu mempertimbangkan hal-hal yang bersifat tradisional dan bersedia menerima
komentar-komentar dari para pemikir. Pemikiran tersebut mengacu pada coraknya
yang bersifat kerohaniahan dan kesediaannya mengadakan adaptasi terhadap
aliran-aliran pemikiran yang lain.
Pemikiran
Mahatma Gandhi bertumpu pada pemikiran India dan ditumbuh kembangkan oleh
pemikiran yang lain yang ia ketahui sejauh hal itu tidak bertentangan
dengan Hinduisme. Adapun konsep-konsep pemikirannya secara garis besar dapat
dikemukakan sebagai berikut :
Tuhan,
sebagaimana yang ia yakini adalah kebenaran dan kasih.
Tuhan adalah etika dan moralitas. Tuhan merupakan wujud universal yang meliputi
segala sesuatu, dan manusia merupakan bagian terkecil. Konsep mengenai Tuhan
sebagai realitas tidak dapat dipisahkan dari pemahaman Gandhi mengenai
kebenaran. Gandhi meyakini bahwa eksistensi kebenaran/Tuhan tidak bisa
dibuktikan, tetapi hanya bisa dihayati. Ia mengungkapkan bahwa sifat dan
wujud Tuhan bukan personal dan mempribadi, melainkan impersonal dan hanya bisa
ditangkap melalui keyakinan dan melalui pemahaman. Dia menulis “Di sini
ada kekuatan misterius yang tidak bisa didefinisikan, tidak terbatas, dan
meliputi segalanya. Saya merasakannya, meskipun tidak melihatnya”. Bukti
lahiriah tentang Tuhan tidaklah perlu, karena kita pasti gagal merasakannya
melalui indera kita. “ Musik ilahi tanpa hentinya akan mengalun dalam diri
kita, tetapi perasaan kita yang gaduh akan menelan bunyi musik yang halus itu,
yang bunyinya tidak sama dan jauh lebih tinggi dari apa pun yang dapat kita
rasakan atau dengar dengan indera kita”. Tuhan/kebenaran tidak bisa dicerap oleh panca indera
yang seringkali menipu kita tetapi hanya bisa dirasakan melalui jiwa yang
merupakan perwujudan kesucian atau fitrah dalam diri.
Kehadiran Tuhan
dapat dirasakan atau dilihat dari adanya realitas di hadapan kita, realitas
alam yang teratur, sebagai contoh, bukanlah semata-mata keteraturan yang buta,
sebab keteraturan itu mempunyai arah, hukum seperti itu dipahaminya sebagai
Tuhan. Jalan menemukan Tuhan yaitu dengan melihat dan bersatu dengan
ciptaan-Nya. Inilah kebenaran yang dimaksud Gandhi, dan bersatu, berdamai,
selaras dengan ciptaan itu disebut sebagai ahimsa.
Ahimsa tidak sebatas hanya pada keyakinan atau sikap saja,
tetapi lebih merupakan suatu keseluruhan hidup yang ahimsa, yang meliputi pikiran,
tindakan, dan ucapan. Ahimsa mencakup seluruh ciptaan, itu artinya
bahwa orang harus berlaku secara ahimsa kepada siapa pun. Ahimsaditujukan kepada mereka
yang mempunyai keteguhan jiwa, bukan kepada mereka yang lemah dan suka
kompromi. Hanya mereka yang mampu mengalahkan ketakutanlah yang sungguh-sungguh
dapat memiliki ahimsa,
sehingga benar-benar ia menjadi orang yang seluruh hidupnya hanya mau berpegang
pada kebenaran atau Satyagraha.
Menjadi Satyagrahi atau orang yang cinta akan kebenaran
seseorang diwajibkan untuk melakukan tindakan disiplin diri dan sikap
pengabdian, karena penekanannya pada pencapaian ketinggian moral. Untuk itu
perlu melatih dan terus menerus dalam disiplin, kesadaran diri dan kebersihan
lahir dan batin (Brahmacharya).
Sementara
mengenai kebenaran dunia atau alam, adalah suatu ciptaan Tuhan yang digunakan
sebagai lahan bagi manusia untuk mewujudkan dirinya dengan bimbingn moral.
Gandhi beranggapan bahwa manusia hidup dalam arti yang sebenar-benarnya apabila
bersatu dengan alam, karena hakikat manusia akan selalu berhubungan dengan alam
atau dunia. Menurut keyakinannya hidup di dunia merupakan jembatan bagi
kehidupan yang abadi, sejauah hal itu dimengerti secara sadar.
Mengenai
manusia, Gandhi berpendapat bahwa pada hakikatnya manusia terdiri dari jasmani
dan rohani. Manusia juga mempunyai kasadaran, rasio, kehendak, emosi dan rasa
keindahan. Dengan kesadaran manusia dapat mengambil jarak dengan lingkungannya.
Sementara rasio menyebabkan manusia sanggup bertanya dan menjawab terhadap
kesadarannya. Selanjutnya dengan kehendak dapat direalisasikan apa yang menjadi
pemikirannya. Dengan emosinya manusia dapat mengetahui suasana hati dan
mengetahui hubungan antar sesama. Ahirnya dengan keindahan manusia dapat
menghargai produk budaya bangsa bagaimana corak dan bentuknya[4].
4.
Mahatma
Gandhi Perjuangan dan Pemikiran
….apabila
kekerasan dibalas dengan kekerasan hanya akan melahirkan kebencian dan tidak
melahirkan bibit-ninitpermusuhan baru. Gandhi mengajarkan kita pada
pentingnya memperjuangkan sesuatu berdasarkan kebenaran(satyagraha). Lebih
lanjut, perjuangan itu juga harus berada di jalan yang benar dan bermoral[5].
Gandhi telah
mulai merintis perjuangannya sejak di berada di Afrika Selatan. Pada tahun 1893
dimana dia melihat adanya perlakuan diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah
setempat terhadap masyarakat India,
serta masyarakat kulit hitam di sana untuk melakukan tindakan non-kooperasi terhadap
pemerintah / penguasa Afrika Selatan.
Gandhi menemukan penindasan tidak hanya pada mereka yang membangkang, namun
juga pada yang luka-luka dan meregang nyawa. Dalam catatan hariannya, Gandhi
menulis, "Saat itu tak ada orang Eropa yang bersedia membantu membalut
luka mereka...Kami harus membersihkan luka-luka orang Zulu yang tidak dirawat
setidaknya setelah lima atau enam hari yang lalu, karena itu luka-lukanya
membusuk dan sangat menakutkan. Kami menyukai pekerjaan kami."Situasi itu
menjadi peletup kesadaran Gandhi bahwa kekerasan tak bisa diselesaikan dengan
kekerasan. Bila mata dibalas dengan mata, semua manusia akan gelap mata.
Kesadaran lain yang muncul saat itu adalah bahwa ia harus memberikan pelayanan
terhadap semua manusia dengan segenap jiwa raganya.
Kesadaran
ini diwujudkan dalam prinsip perjuangan: bramkhacharya (mengendalikan hasrat
seksual), satyagraha (kekuatan kebenaran dan cinta), swadeshi (memenuhi
kebutuhan sendiri) dan ahimsa (tanpa kekerasan terhadap semua makhluk). Setelah
itu, Gandhi terus-menerus melakukan perlawanan kesewenang-wenangan dengan
gerakan tanpa kekerasan. Misalnya, Gandhi menolak aturan diskriminatif dengan
mogok makan, berjalan kaki bermil-mil, membuat garam sendiri ketika semua
rakyat harus membeli garam dari pemerintah Inggris, dan sebagainyaBagi Gandhi,
hasrat seksual merupakan sumber dari kejahatan dan cenderung mementingkan diri
sendiri, yaitu nafsu, amarah, dan agresi. Hasrat seksual dapat ditaklukkan
melalui penolakan terhadap adanya pamrih yang selalu mengikuti perbuatan, untuk
itulah ia bertekad menjalani prinsip bramkhacharya. Ketiadaan pamrih dapat
dilakukan bila jiwa terikat pada prinsip Kebenaran Ilahiah. Inilah prinsip
satyagraha, yaitu kepercayaan bahwa jiwa dapat diselamatkan dari kejahatan
dunia, dan juga dapat memberikan pertolongan, sejauh jiwa itu senantiasa berada
dalam pencariannya terhadap Tuhan melalui kebenaran dan hanya
kebenaran.Swadeshi dapat diartikan dalam beberapa arti yang bermacam-macacm
oleh kaum politik Indiaitu sendiri. Ada yang mengartikan sebagai
suatu boikot tak mau membeli barang-barang buatan Inggris, yakni sebagi suatu
taktik pejuangan menyerang.
Ada pula
yang mngartikan sebagai hanya sebagai usaha positif memajukan kerajinan
sendiri, pertukangan sendiri, industrialisme sendiri. Ada yang memandangnya
sebagai suatau senjata politik, dan ada yang pula yang memandangnya sebagai
suatu usaha ekonomi yang bersangkutan dengan politik sama sekali.Sementara itu,
ahimsa adalah kekuatan cinta, suatu penghormatan pada semua bentuk kehidupan.
Ini adalah ajaran yang dimiliki semua agama, yaitu manusia memiliki kewajiban
menghindari kejahatan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik di dunia.
Tentang ahimsa Gandhi menyatakan, "Ahimsa...bukan sekadar tingkatan tidak
melakukan penyerangan secara negatif tetapi...tingkatan cinta yang positif,
berbuat baik bahkan kepada pelaku kejahatan". Ajaran Gandhi ini
didasarkan pada beberapa asumsi. Pertama, kemerdekaan dan kesejahteraan hanya
dapat dimulai dari kemandirian individu. Maka masing-masing individu-individu
harus mampu menyalurkan hasrat negatifnya pada tindakan-tindakan positif. Kedua, Gandhi meyakini bahwa perkembangan dan kemajuan akan diperoleh tidak
melalui konsesi-konsesi dan reformasi-reformasi konstitusional, tetapi melalui
perjuangan yang dilakukan oleh rakyat sendiri secara bersama. Untuk dapat
membangkitkan kebersamaan itu dibutuhkan kekuatan cinta dan kerelaan untuk
mengalami penderitaan rakyat.
Cinta dan
penderitaan sesama inilah yang dapat merekatkan perbedaan identitas dalam
relasi saling ketergantungan yang dapat menghentikan konflik.Melalui ajarannya
itu, sejak tahun 1906, Gandhi terus-menerus berjuang melawan penjajahan dengan
cinta dan solidaritas. Sejak tahun itu, Gandhi menyerukan kepada seluruh rakyat
India untuk membuat beberapa bentuk kerajinan tangan sehingga tak ada lagi yang
akan menjadi beban masyarakat. Gandhi berseru kepada rakyat India untuk
menemukan kembali hubungan yang murni dan orisinil antara manusia dengan alam,
karena dia yakin bahwa perceraian dengan alam adalah sumber dari segala
penyakit.Gandhi berseru agar rakyat mendidik dirinya mengenai dasar-dasar
kesehatan dan lingkungan yang sehat, supaya bisa mencegah dan menghentikan
bibit-bibit penyakit. Gandhi berseru agar melakukan berbagai aktivitas semacam
pemeliharaan hutan dan memelihara lebah, membuat barang pecah belah dan kertas,
sehingga tak ada seorang pun yang tidak mempunyai makanan, peralatan atau
buku.Gandhi berseru untuk mengembangkan pendidikan dasar melalui program kerja
dan belajar di sekolah, sehingga anak-anak tumbuh dengan mengetahui cara
membaca, menulis dan bagaimana bekerja dengan tenaga fisik. Gandhi menyerukan
kepada rakyat berpartisipasi dalam majelis-majelis desa dan dengan cara ini
rakyat dapat belajar memecahkan masalahnya sendiri.Gandhi dengan ajaran anti
kekerasan (ahimsa) yang dilakukan untuk kemerdekaan India telah memberi
inspirasi kepada seluruh dunia. Dengan ajaran-ajarannya tersebut, hidup sederhana
pun ia jalani. Dengan ahimsa perlawanannya cukup memberikan kekuatan kepada
rakyat untuk turut serta melawan kekerasan. Ahimsa adalah perjuangan dengan
kekuatan cinta dan kasih sayang[6].
Perjuangan
untuk tidak menyakiti baik fisik maupun pikiran sehingga ahimsa bukan
semata-mata menyakiti secara fisik. Melainkan perjuangan untuk melawan suatu
ketidakbenaran. Ajaran ahimsa yang dianut oleh Gandhi menurut penulis merupakan
bentuk representasi dari pengalaman uang diterimanya dalam lingkingan keluarganya,
karena sebagaimana yang telah diketahui bahwa Gandhi berasal dari keluarga yang
religius yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan rasa cinta kasih terhadap
sesame.Ajaran selanjutnya dari Gandhi adalah swadesi atau berusaha untuk
mandiri dengan mencukupi kebutuhan diri sendiri. Ini tidak serta merta
dilakukan begitu saja, namun harus dibangun sistem untuk menciptakan kekuatan
baik pada diri maupun kepada rakyat. Misalnya membangun perekonomian yang
menghidupkan kekuatan masyarakat sehingga menghilangkan ketergantungan pada
pihak asing. Pendidikan juga memiliki peran penting dalam mewujudkan
kemandirian ini, karena disinilah karakter masyarakat dibentuk untuk melakukan
pengendalian diri. Bagi penulis, ajaran ini merupakan bentuk kekhawatiran
Gandhi terhadap masuknya produk-produk asing ke India sehingga masyarakat India
semakin konsumtif untuk itulah kemudian dia mengajak rakyat India agar mau
untuk memproduksi barang-barangnya sendiri tanpa harus bergantung terhadap
produk asing.Bramkhacharya merupakan salah satu prinsip ajaran Gandhi yang
terlihat tidak terlalu menonjol dibanding ajaran-ajarannya yang lain.
Ajaran ini
memusatkan diri pada pengendalian hawa nafsu (seksual), dimana dia beranggapan
bahwa segala kejahatan di muka bumi ini dapa diredam apabila manusia dapat
mengendalikan hawa nafsunya. Bagi penulis ajaran tersebut cukup baik, namun
mematikan hasrat seksual bagi manusia dapat menghancurkan peradaban manusia itu
sendiri.Melalui satyagraha, berpegang teguh pada kebenaran yang dibarengi
dengan teladan membuat Gandhi diikuti oleh banyak pengikutnya. Apalagi dengan
ditambah kejujuran dan kesederhanaan Gandhi. Satyagraha menekankan sebuah
perjuangan menentang ketidakadilan melalui kesediaan diri menanggung
penderitaan. Beberapa gerakan satyagraha yang dipimpin Gandhi di India adalah
berjuang untuk para petani miskin pribumi Champaran, pemogokan buruh pabrik di
Ahmedabad dan Kheda, melakukan pembaruan pada Konggres Nasional India dan yang
paling fonumental adalah mengubah resolusi penting menuntut status dominian
bagi India dibawah pengawasan gerakan Satyagraha di seluruh India di Kalkutta
pada Desember 1928.
di Amerika
Serikat yang terinspirasi oleh perjuangannya dalam menuntut persamaan hak dan
penghapusan tindakan diskriminasi antara masyarakat kulit putih terhadap
masyarakat kulit hitam.Jika ajaran Mahatma Gandhi diikuti, relatif hal itu akan
bisa terhindari. Andaikan banyak pihak mau mengikuti gerakan ahimsa (ajaran
yang menolak kekerasan), maka korban kemanusiaan tidak akan terjadi. Karena
apabila kekerasan dibalas dengan kekerasan hanya akan melahirkan kebencian dan
tidak melahirkan bibit-ninit permusuhan baru. Gandhi mengajarkan
kita pada pentingnya memperjuangkan sesuatu berdasarkan kebenaran (satyagraha).
Lebih lanjut, perjuangan itu juga harus berada di jalan yang benar dan bermoral[7].
5. Kesimpulan
Gandhi telah
mulai merintis perjuangannya sejak di berada di Afrika Selatan. Pada tahun 1893
dimana dia melihat adanya perlakuan diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah
setempat terhadap masyarakat India,
serta masyarakat kulit hitam di sana untuk melakukan tindakan non-kooperasi terhadap
pemerintah / penguasa Afrika Selatan.
Gandhi adalah pemimipin yang paling inspirasional pada awal abad 20.
Advokasinya tentang aksi ketidakpatuhan warga serta tanpa kekerasan adalah cara
yang paling efektif untuk mencapai perubahan sosial yang mempengaruhi
pergerakan-pergerakan lain di dunia, seperti perjuanagan Marthin Luther King Jr.
Daftar Pustaka
Dear, John. Mahatma
Gandhi, Rasul Non-Kekerasan,
Murni, Tri. Mahatma Gandhi Pejuang Tanpa Kekerasan, Djabatan,1994.
Harian Umum Pelita (Persatuan
Umat dan Kesatuan Bnngsa edisi Rabu, 19 September 2012.
Analisa
tokoh Mahatma Gandhi, pdf.